Jumat, 17 Februari 2012

Filosofi Sebuah Nama


Terlahir tunggal dlm keluarga namun ayah dan ibu mendidikku tuk mengerti arti sebuah kemandirian,walau wanita tapi harus setegar laki-laki dalam segala hal.Feminin namun dlm perfikir dan bertindak harus lebih banyak menggunakan akal bukan hati.Dan bila berbuat hrs melihat dampak positip dan mudharatnya bagi diri sendiri ,keluarga besar dan orang lain.Senantiasa bertanggung jawab atas semua yg dilakukan karena allah selalu ada mengawasi langkah umatnya melalui keberadaan malaikat rakib dan atid.kejujuran harus dikedepankan walau itu pahit hasilnya.Bila berbuat buruk akan allah balas buruk ,berbuat baik buahnyapun akan baik,bila ingin membuat malu keluarga besar  berada didekat keluargapun bisa,namun bila jauh dan kita senantiasa melangkah karena Allah SWT  insyaallah semua akan berada pada jalur yg baik pula, ibarat" sebuah peti mati yg kita kerap kedap udara ternyata masih ada setitik kecil lobang yg bisa dimasuki oleh udara"kata inilah yg selalu kujadikan pijakan dalam hidupku, membuatku tak terpengaruh dgn kehidupan yg bebas saat menginjakkan kaki diibukota.Do'a restu dan keikhlasan orang tua melepas kepergianku menuntut ilmu memacu semangatku utk selalu dan selalu memberi yg terbaik dan menjaga nama baik keluarga besar dirantau.Kurasakan hidupku beruntung terlahir dari ayah dan ibu yang berpikiran moderat ,walau aku satu2nya darah daging beliau tak menyurutkan langkahku meraih pendidikan lebih baik dr mereka,padahal terlahir dlm lingkungan suku bugis yg tabu menyekolahkan anak perempuan tidak perlu menempuh pendidikan tinggi2 toh kan kedapur juga,tdk berlaku bagi ayah ibu,aku harus dikirim keluar pulau Bangka sejak menamatkan SMP tuk melanjutkan study meraih cita-citaku.Terima kasih yg tak terhingga ku panjatkan dan haturkan keharibaan ayah dan ibu yg sampai saat ini senantiasa mendampingi dan menyemangati langkahku.,kesuksesan dan keberhasilan yg kini kuraih adalah keberhasilan ayah dan ibuku jua.Filosofi hidup yg senantiasa diajarkan padaku begitu membekas,saat kecil beliau sudah membekali diriku dgn didikan agama yg keras,pagi sekolah dasar,siang mengaji disurau,malam harinya mengaji kitab kuning.ini aku lakukan sampai aku masuk smp,siang sekolah madrasah,malam tetap mengaji sorogan ayahlah yang selalu mendampingi dan mengantarkanku tak kenal lelah,Jarak 10 km kami tempuh tuk menuntut ilmu namun tiada kata lelah,lucunya pengantar bahasanya semua dgn bahasa bugis oleh usztad Abdullah. Beliau kini menjadi kiyai ternama dibone KH.Abdullah dan Ibu hj. Ruwayah,dari istri beliaulah aku diajari tilawah,nyanyian islam/rebana yg mengantarkanku menjadi juara 1 qariah tingkat anak-anak dan remaja,serta menjadi penyanyi pada group rebana beliau pimpin era 70 dan 80 an dikota Toboali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar